Passion. It is (NOT) what you're good at. It is what you enjoy the most! -Rene Suhardono, Career Coach. |
Selasa, 03 November 2015
Passion
Rahasia di Balik Shalat (Part 2)
Pertanyaan yang bisa diajukan adalah, shalat yang
bagaimana yang bisa mengorbitkan seseorang menuju ‘dunia atas’? Rasulullah saw
sendiri pernah mengingatkan kepada kita, “Sesungguhnya ada dua orang dari
umatku mendirikan shalat. Rukuk dan sujudnya sama. Namun, perbedaan kualitas
shalat antara keduanya bagaikan bumi dan langit.” Hadis ini mengisyaratkan kita
untuk senantiasa memperhatikan kualitas shalat.
Allah swt juga mengingatkan kita untuk memperbaiki
kualitas shalat: “Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat
Wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” QS. Al-Baqarah
[2]:238.
Ciri-ciri shalat yang benar adalah
ü shalat
yang “….mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.” QS. Al-Ankabut [29]:45.
ü “…keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” QS. Al-Fath [48]:29.
Sebaliknya, shalat yang dilakukan secara sembrono
dan tidak memiliki dampak sosial dilukiskan dalam Alquran, “Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya,
orang-orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang berguna.” QS.
Al-Maun [107]:4-7. Dalam hadis juga digambarkan Nabi bagi orang yang shalat
atau sujudnya bagaikan ayam yang mematok makanan, maka shalatnya akan dilipat
lalu ditamparkan ke muka yang bersangkutan.
Untuk meraih shalat yang memungkinkan seseorang
mikraj ke ‘dunia atas’, seseorang benar-benar harus mengindahkan petunjuk dan directions Tuhan untuk sesuatu yang berhubungan
dengan shalat. Antara lain melakukan penyempurnaan thaharah, seperti mandi
junub bagi orang yang janabah, berwudhu atau bertayamum dengan baik,
menggunakan penutup aurat yang bersih dan muru’ah,
melaksanakan atau menjawab suara azan, menghadap ke kiblat, dan melakukan
amaliah shalat secara tumaninah.
Shalat yang khusyuk menurut kalangan sufi dimulai
saat seseorang mengambil air wudhu. Di antara mereka ada yang mengatakan, orang
yang tidak khusyuk saat mengambil air wudhu sulit untuk khusyuk di dalam
shalat. Mereka menyarankan agar jangan ada kata-kata duniawi seusai mengambil
air wudhu sampai selesai shalat. Jika seseorang telah melakukan dosa, meskipun
secara fikih wudhu belum batal, disarankan agar memperbarui wudhunya. Energi spiritual
pada wudhu diperlukan untuk melahirkan shalat khusyuk. Allahu a’lam.
Sumber: Prof. Nasaruddin Umar (Guru Besar UIN Syarif
Hidayatullah) pada Harian Republika.
Langganan:
Postingan (Atom)