Senin, 26 Oktober 2015

Rahasia di Balik Shalat (part 1)

Dikutip dari: Republika


www.ummi-online.com
Kata shalat oleh kalangan sufi dihubungkan dengan derivasi besar (al-isytiqaq al-kabir), yakni dari huruf wa-sha-la yang kemudian membentuk beberapa kata, seperti washala (sampai, menyambung), washshala (menyampaikan), washil (tetap berfungsi), ittashala (berkelanjutan), shilah (perhubungan), washlun (tanda terima, resi), wushl (pertalian, perhubungan), washilah (keakraban, perkumpulan), wushul (suka atau banyak memberi), washil (menyambung), aushal (persediaan), maushil (tempat pengembangan), muwashil (perhubungan).

Derivasi ini bisa mengungkap hakikat dan rahasia shalat.

1.      Seorang yang shalat berarti melakukan hubungan langsung (direct connecting) dengan Allah swt. Dengan demikian, tercipta rasa aman, tenang, damai, indah, sejuk, dan lapang di dada, seperti yang dilukiskan Allah dalam ayat, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Rad [13]: 29). Karena itulah Allah swt menyerukan, “Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS Thaha [20]: 14). Mengingat Allah swt untuk menenangkan jiwa harus dilakukan secara konstan dan dengan waktu yang teratur, sebagaimana ditegaskan dalam ayat lain, “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa [4]: 103). Melaksanakan shalat secara rutin sebagaimana waktu-waktu yang ditentukan Allah swt diharapkan dapat melahirkan hamba-hamba yang istimewa, yakni hamba yang selalu berada di “dunia atas” (al-‘alam al- ‘ulya), bukankah shalat itu adalah mikraj bagi orang yang beriman (as-shalatu mi’raj al mu’minin), sebagaimana sabda Rasulullah saw.


2.      Orang-orang yang berada di ‘dunia atas’ ialah mereka yang selalu menggunakan mata Tuhan untuk melihat dan telingan Tuhan untuk mendengar, seperti dinyatakan dalam hadits. Orang-orang di dunia atas tidak lagi lebih tertarik terhadap urusan dan keperluan duniawi yang ada di dunia bawah (al-‘alam al-sufla). Bukan berarti mereka tidak suka itu, tetapi mereka sudah melihat sesuatu dalam etalase Tuhan yang jauh lebih menarik daripada keseluruhan apa yang ada di dunia bawah. Bagaimana tidak tenang, jika Tuhan sendiri yang meyakinkan mereka: “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat [41]: 30).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar