www.ummi-online.com |
Kata shalat oleh
kalangan sufi dihubungkan dengan derivasi besar (al-isytiqaq al-kabir), yakni
dari huruf wa-sha-la yang kemudian membentuk beberapa kata, seperti washala
(sampai, menyambung), washshala (menyampaikan), washil (tetap berfungsi),
ittashala (berkelanjutan), shilah (perhubungan), washlun (tanda terima, resi),
wushl (pertalian, perhubungan), washilah (keakraban, perkumpulan), wushul (suka
atau banyak memberi), washil (menyambung), aushal (persediaan), maushil (tempat
pengembangan), muwashil (perhubungan).
Derivasi ini bisa
mengungkap hakikat dan rahasia shalat.
1. Seorang
yang shalat berarti melakukan hubungan langsung (direct connecting) dengan
Allah swt. Dengan demikian, tercipta rasa aman, tenang, damai, indah, sejuk,
dan lapang di dada, seperti yang dilukiskan Allah dalam ayat, “(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (QS.
Ar-Rad [13]: 29). Karena itulah Allah swt menyerukan, “Dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku.” (QS Thaha [20]: 14). Mengingat Allah swt untuk menenangkan jiwa
harus dilakukan secara konstan dan dengan waktu yang teratur, sebagaimana
ditegaskan dalam ayat lain, “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa [4]: 103).
Melaksanakan shalat secara rutin sebagaimana waktu-waktu yang ditentukan Allah
swt diharapkan dapat melahirkan hamba-hamba yang istimewa, yakni hamba yang
selalu berada di “dunia atas” (al-‘alam al- ‘ulya), bukankah shalat itu adalah
mikraj bagi orang yang beriman (as-shalatu mi’raj al mu’minin), sebagaimana
sabda Rasulullah saw.
2. Orang-orang
yang berada di ‘dunia atas’ ialah mereka yang selalu menggunakan mata Tuhan
untuk melihat dan telingan Tuhan untuk mendengar, seperti dinyatakan dalam
hadits. Orang-orang di dunia atas tidak lagi lebih tertarik terhadap urusan dan
keperluan duniawi yang ada di dunia bawah (al-‘alam al-sufla). Bukan berarti
mereka tidak suka itu, tetapi mereka sudah melihat sesuatu dalam etalase Tuhan
yang jauh lebih menarik daripada keseluruhan apa yang ada di dunia bawah.
Bagaimana tidak tenang, jika Tuhan sendiri yang meyakinkan mereka: “Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu
dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat
[41]: 30).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar