Rabu, 15 April 2015

Tips Mendidik Anak (USIA 10 – 14 TAHUN) part 1



Anak-anak adalah amanah dari Allah yang harus kita jaga, didik dan diberikan bekal yang cukup sebagai dasar untuk menghadapi kehidupannya. Namun, sebagai orangtua kita juga harus menyadari bahwa anak adalah titipan, bukan benda yang dapat dimiliki. Anakmu adalah anak-anak kehidupan. Sehingga anak harus diberikan pendidikan sekaligus ruang untuk menjadi dirinya sendiri sesuai ajaran agama. Berikut ini beberapa pedoman dalam mendidik anak usia remaja, dalam hal ini anak usia SD menjelang SMP (kelas 4, 5, 6, 7, 8).


1.      Menyuruh anak segera tidur sesudah shalat Isya
Banyaknya acara TV menyebabkan anak tidak langsung tidur setelah shalat Isya. Mereka beralasan jika tidak mengikuti acara TV, mereka nantinya tidak bisa mengikuti pembicaraan antar teman mereka di sekolah yang kebanyakan membicarakan acara TV. Acara TV yang ditayangkan pada jam prime time ( pukul 19.00 sampai 21.00) pada umumnya kurang layak dikonsumi oleh anak-anak, yaitu sinetron yang banyak diwarnai aksi percintaan, kekerasan, mistik, dan muatan yang kurang sesuai untuk anak. Tak jarang perilaku di sinetron yang dilihat anak, akan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. oleh karena itu, sebaiknya setelah shalat Isya atau setelah belajar malam dan mengerjakan PR, orangtua menyuruh anak segera tidur agar anak mendapat waktu istirahat yang cukup dan segar untuk aktivitas esok hari.
Nabi saw dan para sahabatnya mengakhirkan shalat Isya, tetapi Umar ra memerintahkan kepada anak dan isteri-isterinya untuk menyegerakan shalat Isya agar mereka segera tidur sesudah mengerjakan shalat.

2.      Memisahkan tempat tidur anak sejak usia 10 tahun
Kakak dan adik masih tidur satu kamar? Hal itu boleh-boleh saja. Namun ketika menjelang usia 10 tahun, orangtua sebaiknya mulai membiasakan untuk memisahkan tempat tidur anak agar anak berani tidur sendiri dan mulai diberikan kepercayaan untuk mengurus kamar. Membersihkan, merapikan, mengatur barang-barang dan mendekor kamarnya merupakan salah satu bentuk latihan memberikan kepercayaan kepada anak. Dan juga sebagai latihan untuk anak untuk bertanggung jawab terhadap kamarnya.
Ketika anak menginjak usia 10 tahun, instingnya sedang menuju ke arah perkembangan dan ingin membuktikan eksistensi dirinya. Karena itu ia harus diperlakukan dengan hati-hati untuk menangkal semua penyebab kerusakan, jalan penyimpangan, dan terseret arus negatif. Salah satu cara melindungi anak dari kerusakan ini adalah dengan memisahkan tempat tidur mereka, yaitu tidak membiarkan mereka tidur dalam satu kasur.

3.      Melarang anak tidur tengkurap
Catatan penting bagi kaum muslimin adalah bahwa tidur dengan posisi tengkurap tidak dianjurkan dalam ajaran Islam, dari sisi kesehatan pun juga dipandang tidak baik.
Ya’isy bin Thakhfah al-Ghifari meriwayatkan dari ayahnya bahwa ketika ia sedang berbaring tengkurap di dalam masjid, tiba-tiba ada seorang laki-laki yabg menggoyangkan tubuhnya dengan kakinya sambil berkata, “Ini adalah cara berbaring yang dimurkai oleh Allah!” Ketika ia menoleh, ternyata laki-laki itu adalah Rasulullah saw (HR. Abu Dawud, Kitabul Adab no.4383).

4.      Membiasakan anak menundukkan pandangan dan menutup aurat
Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah, diriwayatkan bahwa Nabi saw berkata kepada AL-Fadhal, “Hai anak saudaraku, sesungguhnya hari ini adalah hari milik orang yang menundukkan pandangan matanya dan memelihara kemaluan dan lisannya, karena dia akan mendapatkan ampunan (dari segala dosanya).

5.      Tidak memukul anak
Aisyah ra menceritakan, “Rasulullah saw tidak pernah memukul dengan tangannya, baik terhadap isteri maupun pelayannya, kecuali bila sedang berjihad di jalan Allah.” (HR. Muslim, Kitabul Fadhail no.4296).
Rasulullah saw bersabda, “Seseorang yang benar-benar jagoan bukanlah seseorang yang mampu membanting orang lain, melainkan orang yang mampu mengendalikan dirinya saat sedang marah.” (HR. Bukhari, Kitabul Adab no.5649).
Pesan Rasulullah saw kepada Mu’adz bin Jabal, “Janganlag mengangkat tongkatmu terhadap mereka untuk mendidik, tetapi buatlah mereka takut terhadap Allah.” (HR. Ahmad, no.21060).

6.      Menghentikan pukulan hukuman bila anak meminta tolong kepada Allah
Dianjurkan untuk bersikap khusyu, tunduk, malu, dan merendahkan diri apabila disebutkan nama Allah di hadapan kaum muslim. Rasulullah saw bersanda, “Apabila salah seorang di antara kalian memukul pelayannya, lalu pelayannya menyebut nama Allah, maka tahanlah tangan kalian (dari memukulnya).” (HR. Tirmidzi, Kitabul Birri wash Shihah no.1873).
Apabila hal ini dianjurkan, meskipun terhadap pelayan, maka terlebih lagi pada anak.

7.      Tidak memukul anak pada bagian yang sensitif saat emosi
Sesungguhnya, seorang yang menghukum anaknya, sedang ia dalam keadaan marah, maka hukuman yang ditimpakan akan berakibat tidak bermanfaat karena:
·         Menimbulkan sifat kebencian dan antipasti dalam diri anak;
·         Pukulan yang diberikan itu bukan untuk mendidik, melainkan untuk memuaskan diri dan menyalurkan kemarahan terhadap anak didik yang patut dikasihani;
·         Orang yang dalam keadaan marah biasanya tidak manjaga nilai-nilai hukum Allah.
Rasulullah saw, “Apabila seseorang di antara kalian memukul, maka hindarilah bagian wajah.” (HR. Muslim, Kitabul Birri was Shilah no.4729).
Khalifah Ali ra terhadap pria yang mabuk dan harus menjalani hukuman had minum-minuman Khamer, “Deralah ia dan berikanlah setiap anggota tubuhnya bagian yang berhak diterimanya, tetapi hindarilah wajah dan kemaluan!”

8.      Tidak memanjakan anak dan menuruti semua kemauannya
Sikap memanjakan anak dan memperturutkan semua keinginannya akan membuat anak tidak mandiri, bahkan akan menjadikan anak mudah berbuat kejahatan kepada orang lain agar terpenuhi semua keinginannya, bahkan berbuat jahat kepada orang tua yang telah memanjakannya.
Nabi saw bersabda, “Ingatlah, tidaklah sekali-kali seseorang melakukan kejahatan, melainkan akibatnya akan menimpa dirinya sendiri. Orang tua tidak boleh berbuat jahat terhadap anaknya dan seorang anak tidak boleh berbuat jahat terhadap orang tuanya.” (HR. Tirmidzi, Kitab Tafsirul Qur’an, no.3012).

9.      Menjenguk anak yang sakit, mendoakan kesembuhan dan mengobatinya
Nabi saw memelihara seorang anak Yahudi yang bekerja melayaninya, suatu ketika anak itu sakit. Nabi saw datang menjenguknya dan duduk di dekat kepalanya, lalu bersabda, “Masuk Islamlah.”  Anak itu memandang ayahnya yang saat itu juga berada di sisinya, lalu ayahnya berkata, “Turutilah Abul Qosim (Muhammad).” Anak itu pun masuk Islam. Tidak lama kemudian, anak itu menghembuskan nafas terakhirnya. Nabi saw keluar dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka.” (HR. Bukhari, Kitabul Janaiz, no.1268).
Rasulullah pernah mengusap dada anak yang sakit dan berdoa untuk kesembuhannya sehingga tak lama kemudian anak itu muntah dan keluarlah dari mulutnya segumpal darah seperti anak anjing hitam dan saat itu juga anak itu sembuh.

10.  Meluruskan kesalahpahaman dan kekeliruan anak dengan bijak
Nabi saw bila meluruskan kekeliruan selalu dengan memberikan contoh dan menunjukkan hal yang seharusnya dilakukan dengan mengacu pada kaidah umum syariat. Artinya, Nabi saw mencabut kekeliruan dari akarnya dan merealisasikan keuntungan yang besar dalam menerapkan manhaj pendidikan Islam.

Referensi:

Ensiklopedia Nabi Muhammad saw sebagai Pendidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar