Anak-anak
adalah amanah dari Allah yang harus kita jaga, didik dan diberikan bekal yang
cukup sebagai dasar untuk menghadapi kehidupannya. Namun, sebagai orangtua kita
juga harus menyadari bahwa anak adalah titipan, bukan benda yang dapat
dimiliki. Anakmu adalah anak-anak kehidupan. Sehingga anak harus diberikan
pendidikan sekaligus ruang untuk menjadi dirinya sendiri sesuai ajaran agama.
Berikut ini beberapa pedoman dalam mendidik anak usia remaja, dalam hal ini
anak usia SD menjelang SMP (kelas 4, 5, 6, 7, 8).
1. Menyuruh anak segera tidur sesudah
shalat Isya
Banyaknya acara TV menyebabkan anak tidak langsung tidur setelah shalat
Isya. Mereka beralasan jika tidak mengikuti acara TV, mereka nantinya tidak
bisa mengikuti pembicaraan antar teman mereka di sekolah yang kebanyakan
membicarakan acara TV. Acara TV yang ditayangkan pada jam prime time ( pukul 19.00 sampai 21.00) pada umumnya kurang layak
dikonsumi oleh anak-anak, yaitu sinetron yang banyak diwarnai aksi percintaan,
kekerasan, mistik, dan muatan yang kurang sesuai untuk anak. Tak jarang
perilaku di sinetron yang dilihat anak, akan dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari mereka. oleh karena itu, sebaiknya setelah shalat Isya atau setelah
belajar malam dan mengerjakan PR, orangtua menyuruh anak segera tidur agar anak
mendapat waktu istirahat yang cukup dan segar untuk aktivitas esok hari.
Nabi saw dan para sahabatnya mengakhirkan shalat Isya, tetapi Umar ra
memerintahkan kepada anak dan isteri-isterinya untuk menyegerakan shalat Isya
agar mereka segera tidur sesudah mengerjakan shalat.
2. Memisahkan tempat tidur anak sejak
usia 10 tahun
Kakak dan adik masih tidur satu kamar? Hal itu boleh-boleh saja. Namun
ketika menjelang usia 10 tahun, orangtua sebaiknya mulai membiasakan untuk
memisahkan tempat tidur anak agar anak berani tidur sendiri dan mulai diberikan
kepercayaan untuk mengurus kamar. Membersihkan, merapikan, mengatur
barang-barang dan mendekor kamarnya merupakan salah satu bentuk latihan
memberikan kepercayaan kepada anak. Dan juga sebagai latihan untuk anak untuk
bertanggung jawab terhadap kamarnya.
Ketika anak menginjak usia 10 tahun, instingnya sedang menuju ke arah
perkembangan dan ingin membuktikan eksistensi dirinya. Karena itu ia harus
diperlakukan dengan hati-hati untuk menangkal semua penyebab kerusakan, jalan
penyimpangan, dan terseret arus negatif. Salah satu cara melindungi anak dari
kerusakan ini adalah dengan memisahkan tempat tidur mereka, yaitu tidak
membiarkan mereka tidur dalam satu kasur.
3. Melarang anak tidur tengkurap
Catatan penting bagi kaum muslimin adalah bahwa tidur dengan posisi
tengkurap tidak dianjurkan dalam ajaran Islam, dari sisi kesehatan pun juga
dipandang tidak baik.
Ya’isy bin Thakhfah al-Ghifari meriwayatkan dari ayahnya bahwa ketika ia
sedang berbaring tengkurap di dalam masjid, tiba-tiba ada seorang laki-laki
yabg menggoyangkan tubuhnya dengan kakinya sambil berkata, “Ini adalah cara
berbaring yang dimurkai oleh Allah!” Ketika ia menoleh, ternyata laki-laki itu
adalah Rasulullah saw (HR. Abu Dawud, Kitabul Adab no.4383).
4. Membiasakan anak menundukkan
pandangan dan menutup aurat
Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah, diriwayatkan bahwa Nabi saw berkata kepada
AL-Fadhal, “Hai anak saudaraku, sesungguhnya hari ini adalah hari milik orang
yang menundukkan pandangan matanya dan memelihara kemaluan dan lisannya, karena
dia akan mendapatkan ampunan (dari segala dosanya).
5. Tidak memukul anak
Aisyah ra menceritakan, “Rasulullah saw tidak pernah memukul dengan
tangannya, baik terhadap isteri maupun pelayannya, kecuali bila sedang berjihad
di jalan Allah.” (HR. Muslim, Kitabul Fadhail no.4296).
Rasulullah saw bersabda, “Seseorang yang benar-benar jagoan bukanlah
seseorang yang mampu membanting orang lain, melainkan orang yang mampu
mengendalikan dirinya saat sedang marah.” (HR. Bukhari, Kitabul Adab no.5649).
Pesan Rasulullah saw kepada Mu’adz bin Jabal, “Janganlag mengangkat
tongkatmu terhadap mereka untuk mendidik, tetapi buatlah mereka takut terhadap
Allah.” (HR. Ahmad, no.21060).
6. Menghentikan pukulan hukuman bila
anak meminta tolong kepada Allah
Dianjurkan untuk bersikap khusyu, tunduk, malu, dan merendahkan diri
apabila disebutkan nama Allah di hadapan kaum muslim. Rasulullah saw bersanda,
“Apabila salah seorang di antara kalian memukul pelayannya, lalu pelayannya
menyebut nama Allah, maka tahanlah tangan kalian (dari memukulnya).” (HR.
Tirmidzi, Kitabul Birri wash Shihah no.1873).
Apabila hal ini dianjurkan, meskipun terhadap pelayan, maka terlebih lagi
pada anak.
7. Tidak memukul anak pada bagian yang
sensitif saat emosi
Sesungguhnya, seorang yang menghukum anaknya, sedang ia dalam keadaan
marah, maka hukuman yang ditimpakan akan berakibat tidak bermanfaat karena:
·
Menimbulkan
sifat kebencian dan antipasti dalam diri anak;
·
Pukulan
yang diberikan itu bukan untuk mendidik, melainkan untuk memuaskan diri dan
menyalurkan kemarahan terhadap anak didik yang patut dikasihani;
·
Orang
yang dalam keadaan marah biasanya tidak manjaga nilai-nilai hukum Allah.
Rasulullah saw, “Apabila seseorang di antara kalian memukul,
maka hindarilah bagian wajah.” (HR. Muslim, Kitabul Birri was Shilah no.4729).
Khalifah Ali ra terhadap pria yang mabuk dan harus menjalani
hukuman had minum-minuman Khamer, “Deralah ia dan berikanlah setiap anggota
tubuhnya bagian yang berhak diterimanya, tetapi hindarilah wajah dan kemaluan!”
8. Tidak memanjakan anak dan menuruti
semua kemauannya
Sikap memanjakan anak dan memperturutkan semua keinginannya akan membuat
anak tidak mandiri, bahkan akan menjadikan anak mudah berbuat kejahatan kepada
orang lain agar terpenuhi semua keinginannya, bahkan berbuat jahat kepada orang
tua yang telah memanjakannya.
Nabi saw bersabda, “Ingatlah, tidaklah sekali-kali seseorang melakukan
kejahatan, melainkan akibatnya akan menimpa dirinya sendiri. Orang tua tidak
boleh berbuat jahat terhadap anaknya dan seorang anak tidak boleh berbuat jahat
terhadap orang tuanya.” (HR. Tirmidzi, Kitab Tafsirul Qur’an, no.3012).
9. Menjenguk anak yang sakit, mendoakan
kesembuhan dan mengobatinya
Nabi saw memelihara seorang anak Yahudi yang bekerja melayaninya, suatu
ketika anak itu sakit. Nabi saw datang menjenguknya dan duduk di dekat
kepalanya, lalu bersabda, “Masuk Islamlah.”
Anak itu memandang ayahnya yang saat itu juga berada di sisinya, lalu
ayahnya berkata, “Turutilah Abul Qosim (Muhammad).” Anak itu pun masuk Islam.
Tidak lama kemudian, anak itu menghembuskan nafas terakhirnya. Nabi saw keluar
dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka.”
(HR. Bukhari, Kitabul Janaiz, no.1268).
Rasulullah pernah mengusap dada anak yang sakit dan berdoa untuk
kesembuhannya sehingga tak lama kemudian anak itu muntah dan keluarlah dari
mulutnya segumpal darah seperti anak anjing hitam dan saat itu juga anak itu
sembuh.
10. Meluruskan kesalahpahaman dan
kekeliruan anak dengan bijak
Nabi saw bila meluruskan kekeliruan selalu dengan memberikan contoh dan
menunjukkan hal yang seharusnya dilakukan dengan mengacu pada kaidah umum
syariat. Artinya, Nabi saw mencabut kekeliruan dari akarnya dan merealisasikan
keuntungan yang besar dalam menerapkan manhaj pendidikan Islam.
Referensi:
Ensiklopedia
Nabi Muhammad saw sebagai Pendidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar